Selain
menilai kondisi organ paru, diagnosis penyakit paru perlu pula menentukan
kondisi fungsionalnya. Dengan mengetahui keadaan fungsi paru, maka beberapa
tindakan medis yang akan dilakukan pada penderita tersebut dapat diramalkan
keberhasilkannya, disamping itu progresivitas penyakitnya akan dapat diketahui.
Oleh karena itu pemeriksaan faal paru saat ini dikategorikan sebagai
pemeriksaan rutin.
1. Penyakit Paru Obstruktif Menahun
Beberapa penyakit paru yang jelas secara
anatomi, memberikan tanda kesulitan pernapasan yang mirip, yaitu terbatasnya
jalan udara yang kronis, terutama bertambahnya resistensi terhadap jalan udara
saat ekspirasi. Yang terpenting dalam gangguan ini adalah bronkitis kronis, bronkiolitis
dengan terlihatnya cabang-cabang kecil berdiameter kurang dari 2 mm dan
emfisema, ditandai dengan pembesaran rongga-rongga udara dibagian distal dari
bronkioli terminalis dan kerusakan pada septa alveoli. Bronkitis dan
bronkiolitis menambah resistensi jalan udara, karena proses peradangan dan
sekret yang menyempitkan jalan udara. Kerusakan karena emfisema dinding septa
tidak hanya mengurangi rekoil elastik dari paru tetapi juga disertai oleh
penyakit jalan udara kecil. Seringkali sulit membedakan secara klinik, keadaan
ini sering disebut Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM), termasuk di
dalamnya penyakit asma dan bronkiektasis. Penyakit asma biasanya ditandai
dengan serangan obstruksi spasmodik jalan udara, tetapi kadang-kadang
menyebabkan penyempitan jalan udara yang terus-menerus pada keadaan seperti
asmatis bronchitis kronik.
Keadaan klinik ; penyakit dari kedua
saluran udara yang besar maupun yang kecil berperan dalam terjadinya PPOM.
Perlu ditekankan kembali bahwa bronkitis sendiri untuk beberapa saat dapat
terjadi tanpa menyebabkan disfungsi ventilasi, tetapi dapat menyebabkan batuk
prominem dan dahak yang produktif. Bila terjadi sesak nafas hipoksemia
dan hiperkapnea. Oksigenisasi tidak adekuat dari darah dapat menimbulkan
sianosis. Hipoksemia kronis dapat juga menyebabkan vasokontriksi
paru persisten.
Perjalanan klinis dari penderita PPOM
terbentang mulai dari apa yang dikenal sebagai pink puffers sampai blue
bloaters. Tanda klinis utama dari pink puffers (berkaitan dengan
emfisema panlobular primer)adalah timbulnya dispnea tanpa disertai batuk dengan
pembentukan sputum yang berarti. Biasanya dispnea mulai timbul diusia 40 tahun
dan semakin lama semakin berat. Pada ujung ekstrim lain dari PPOM didapati
penderita blue bloaters (bronkitis tanpa bukti-bukti emfisema obstruktif
yang jelas),penderita penyakit ini disertai dengan batuk produktif dan
berulang
kali mengalami infeksi pernapasan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun
sebelum tampak ganguan fungsi. Akan tetapi, akhirnya timbul gejala dispnea pada
waktu penderita melakukan kegiatan fisik.
Perjalanan PPOM ditandai dengan”batuk
merokok” atau ”batuk pagi hari” disertai pembentukan sedikit sputum mukoid,
infeksi saluran pernapasan berlangsung lebih lama. Akhirnya serangan bronkitis
akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin, dan kemampuan kerja
penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60-an penderita
mungkin harus berhenti bekerja
1. Emfisema
Emfisema didefenisikan sebagai suatu pelebaran
normal dari ruang-ruang udara paru disertai dengan destruksi dari dindingnya.
Pelebaran ruang udara yang tidak disertai destruksi disebut overinflasi atau
hiperinflasi. Beberapa jenis emfisema :
A.
Emfisema sentrilobular termasuk kelainan pada
asinus proksimal (bronkioli respiratorik), namun bila progresif, dilatasi dan
destruktif dari dinding distal alveoli juga akan terjadi. Secara khas perubahan
akan lebih sering dan lebih berat dibagian atas daripada dibagian zone bawah
lobus, bentuk emfisema ini adalah penyakit yang paling dominan pada perokok.
B.
Emfisema panasinar ; terjadi pelebaran alveoli
yang progresif dan duktus alveoli, serta hilangnya dinding batas antara duktus
alveoli dan alveoli. Dengan progresifitas dan destruktif dari dinding alveoli
ini, ada simplikasi dari struktur paru. Bila proses menjadi difus,
biasanya lebih jelas tandanya pada lobus bawah, bentuk emfisema ini lebih
sering terjadi pada wanita dewasa, walaupun perokok dapat menyebabkan bentuk
dari emfisema ini, namun hubungan tersebut tidak sesering pada emfisema
sentilobuler.
C.
Emfisema parasepta atau sub pleura ; biasanya
terbatas pada zona sub pleura dan sepanjang septa interlobaris, yang ditandai
dengan keterlibatan asinus distal, alveoli dan kadang-kadang duktus
alveoli.Bentuk ini sering menimbulkan gelembung bula yang besar langsung di
bawah pleura, dan juga dapat menimbulkan pneumotoraks pada dewasa muda.
D.
Emfisema ireguler ; emfisema ini sering
dihubungkan dengan parut paru, bentuk ini biasanya terbatas ekstensinya, karena
itu hanya menyebabkan dampak yang kecil pada fungsi pernapasan.
2. Penyakit paru Interstisial (Restriktif)
Penyakit paru interstisal dimulai dengan proses peradangan interstisal
terutama yang mengenai septa-septa, sel imunokompeten yang aktif dan kemudian
terkumpul di dinding alveolar yang menjadi penyebab kerusakan. Akibat yang
paling ditakutkan dari penyakit ini adalah penebalan fibrosis dinding alveolar
yang menimbulkan kerusakan menetap pada fungsi pernafasan. bersamaan dengan
itu,menyebabkan pembuluh darah harus menyempit dan menyebabkan hipertensi
pulmonalis, pelebaran dinding alveolar dan kontraksi jaringan fibrosis dapat
mengecilkan ukuran rongga udara dan paru menjadi berkurang kemampuannya,
sehingga pertukaran gas mengalami gangguan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar yang membangun dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan.